
“Saya pamit mau tidur, tapi majikan malah marah dan menginjak. Sampai sekarang masih terasa sakit,” ujarnya saat ditemui tengah mengadu kepada Kepala Desa Gandrungmanis, Muslichudin, Jumat (11/) kemarin.
Dia menceritakan, siksaan ini
kerap dialami selama 5 bulan terakhir sebelum akhirnya dipulangkan oleh Pemerintah Malaysia, pekan lalu. Sebelumnya, sang majikan beberapa kali mendorong dia hingga terjerembab atau membentur kran air. Dia bahkan pernah ditendang dibagian punggung atau kaki.
Penderitaan Siti Khotimah, tidak sampai disitu. Majikannya bahkan tega membuang di staisun kereta api tanpa uang seperserpun. Dia hanya dibekali selembar tiket menuju Pasir Panjang. Padahal, sedari awal dia tahu kalau majikan akan membawanya ke Kuala Lumpur. Setelah membelikan tiket, sang majikan pergi dan Siti Khotimah terpaksa menunggu kereta dari jam 10 malam hingga jam 5 pagi buta.
“Di dalam kereta, saya ketemu orang Semarang dan ngasih tahu cara pulang,” ujarnya.
Di stasiun terakhir, dia bertemu dengan petugas dan memberinya makan. Petugas tersebut lalu memanggil polisi setempat dan akhirnya membawa Siti Khotimah ke tempat penampungan bersama ratusan TKI yang akan dipulangkan ke tanah air.
“Saya sampai rumah Rabu (9/9) kemarin,” katanya.
Siti Khotimah pertama kali berangkat ke Malaysia setelah direktrut oleh perantara yang masih tercatat sebagai warga Desa Gandrungmanis, pada 2013 lalu. Saat itu, dia berangkat melalui salah satu PPTKIS di Kebumen. Setelah beberapa hari di Kebumen, dia berangkat ke Jakarta dan terbang menuju Batam.
“Dari sana naik kapal ke Malaysia,” ujarnya.
Disana, katanya dia ditampung oleh salah satu agensi selama beberapa hari hingga akhirnya dijemput majikan. Siti belakangan mengetahui kalau dirinya bekerja di Trengganu dan bertahan sekitar 1,5 tahun. Dia lalu dikembalikan ke agen dan diberi sejumlah uang untuk biaya pulang ke tanah air.
“Tapi disana saya “dijual” ke majikan lain. Ternyata saya dibawa ke Ipoh,” katanya.
Orang tua Siti Khotimah, Suparji (70) mengatakan, selama anaknya bekerja di Malaysia tidak pernah menerima bayaran sepeserpun. Bahkan saat pulang juga tidak diberi uang saku dan hanya selembar tiket menuju stasiun Pasir Panjang.
“Anak saya tidak digaji selama bekerja. Karenanya, saya minta bantuan pak kades,” katanya.
Kepala Desa Gandrungmanis, Muslichudin mengaku akan membantu Siti Khotimah menerima haknya sebagai TKI yang sudah bekerja selama 2 tahun. Dalam waktu dekat, dia akan membawa keduanya ke perantara yang sudah memberangkatkan Siti ke Malaysia.
“Saya akan bantu upayakan,” katanya. (har/ttg)