Diberdayakan oleh Blogger.

Warga Purwokerto Jadi Mucikari AS

BISNIS HARAM: Alen Saputra dan Alfania Tiar digiring menuju ruang tahanan Polrestabes Surabaya. Mereka diyakini memiliki jaringan dengan kelompok bisnis esek-esek yang lain.
BISNIS HARAM: Alen Saputra dan Alfania Tiar digiring menuju ruang tahanan Polrestabes Surabaya. Mereka diyakini memiliki jaringan dengan kelompok bisnis esek-esek yang lain.
Sedia 80 Cewek Cantik Mulai Rp 1,5 Juta
SURABAYA- Ada yang mengejukan bagi warga Purwokerto dalam terkuaknya bisnis prostitusi yang melibatkan artis dewasa Anggita Sari (AS). Ternyata, salah satu mucikari AS ada yang merupakan warga kota keripik ini.
Selain itu, wanita penghibur dalam naungan manajemen mereka  ada juga yang berasal dari Purwokerto
Kasatreskrim  Polrestabes  Surabaya  AKBP  Takdir Mattanete mengatakan,  dua mucikari Anggita Sari (AS), yaitu Alen Saputra (25) yang merupakan warga Purwokerto, dan Alfania Tiarsusila (23) asal Semarang.
Dalam menjalankan bisnis bisnis prostitusi online tersebut, Alen dan Alfania memiliki tugas  dan  peran  masing-masing. Alen menjadi operator handphone dari grup BBM Princess  Management  yang member-nya adalah  para  cewek  cantik yang  siap  dipesan  oleh para hidung belang.
”Grup tersebut  sengaja  dikelola oleh  tersangka  untuk  memudahkan  berkomunikasi dengan  anak  buahnya. Khususnya ketika ada pelanggan  yang  membooking mereka,” kata Takdir seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Jumat (11/9).
Selain untuk memudahkan komunikasi, grup BBM itu digunakan Alen untuk menentukan  tarif. Sebab,  tarif  baru  akan  ditawarkan  kepada  pelanggan ketika Alen dan anak buahnya sudah deal. ”Grup BBM juga  memudahkan tersangka untuk mendata anak  buahnya  dari  tiap daerah sehingga tersangka tidak perlu repot-repot mencarikan gadis bagi pelangganya yang berada di setiap daerah,” kata Takdir.

Kendati baru sebulan beroperasi, Alen Saputra, dan Alfania Tiarsusila, cukup populer di kalangan model dan artis.
Lewat grup BBM Princess Management, jasa prostitusi online tersebut menyediakan stok 80 cewek cantik dengan tarif kencan Rp 1,5 juta–Rp 7,5 juta.
Profesi 80 cewek tersebut beragam, mulai sales promotion girl (SPG), mahasiswi, hingga artis dan model, seperti Anggita Sari. Cewek koleksinya tersebar di beberapa daerah, seperti Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Purwokerto, dan Cirebon.

Princess Management pula yang  selalu digunakan untuk merekrut PSK, kemudian menjualnya ke pria hidung belang. Di dunia prostitusi online, nama Princess Management cukup beken.
Layanan mereka dikenal memuaskan. Jika tawaran itu mendapat respons, sang mucikari langsung memasang tarif dan memberikan nomor rekening.
Namun, pelaku ternyata cukup cerdik. Mereka tidak pernah menetap dalam waktu lama di satu lokasi. Dari Semarang, dua mucikari tersebut pindah ke Jogjakarta, lalu bergeser ke Cirebon, setelah itu menuju Jakarta.
Untuk mengelabui polisi, mereka sering mengganti nama akun media sosial.  “Saat kami cek kemarin, akun Princess Management sudah ganti nama menjadi Angel,” kata polisi berpangkat dua melati di pundak itu.

Di Jakarta, polisi mendapat informasi bahwa Alen dan Alfania menginap di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Tanpa perlawanan, dua orang itu dibekuk. Polisi juga mengamankan 3 handphone, 1 buku rekening, uang Rp 9 juta, 3 kondom, dan 1 kunci kamar hotel.
Kepada polisi, Alen dan Alfania mengaku memiliki jaringan prostitusi online di kota-kota besar. Yakni, Jakarta, Jogjakarta, Bali, Bandung, Solo, Semarang, dan Surabaya.

Sementara itu, Alfania enggan berkomentar banyak saat ditanya wartawan. Dia hanya mengatakan bahwa Princess Management baru sebulan berdiri. Perempuan-perempuan yang direkrutnya berusia 20-26 tahun. Kebanyakan perempuan tersebut bekerja sebagai model dan sales promotion girl (SPG).
Namun, ada juga yang masih berstatus mahasiswi. “Anggota direkrut kenalan sebelumnya. Karena itu, saya tidak mengenal mereka langsung,” kilahnya.(ian/c7/oni)